KONSEP PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

17 November 2014

KONSEP PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Pengertian Sumber Daya Manusia

Dengan ditetapkannya sasaran utama dalam pembangunan yaitu terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju  dalam suasana yang tentram dan sejahtera lahir dan batin, dalam tata kehidupan masyarakat bangsa dan Negara yang berlandaskan pada pancasila, maka sasaran itu sekaligus mencerminkan bahwa kondisi sumber daya manusia masih memerlukan peningkatan dalam berbagai aspek.
Sebagaimana telah difirmankan Allah SWT, dalam surat Al- Baqarah ayat 30, 31, 33, yang artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi "… Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,…. Allah berfirman : "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini."
Dari ayat di atas secara kontekstual memberi dasar kajian tentang sumber daya manusia, yakni Adam yang notabene-nya mempunyai inteligensia yang berkembang (fitrah). Kondisi potensi inilah, yang kita analisis dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia . Realitas ini akan semakin terasa dalam globalisasi, yang ditandai dengan pergeseran  yang cepat dalam segala kehidupan.       
Faktor pertama yang harus diperhatikan dalam sebuah organisasi adalah manusia. Ia merupakan aset termahal dan terpenting. ibarat manusia merupakan urat nadi kehidupan dari sebuah organisasi. Karena eksistensi sebuah organisasi ditentukan oleh faktor manusia yang mendukungnya.
Walaupun dalam perkembangannya, manusia pernah diperlukan hanya sebagai alat semata yang nilainya sama dengan alat produksi untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun demikian tidak dinafikan, bahwa kunci keberhasilan sebuah organisasi bukan terletak pada alat-alat mutakhir yang digunakan, akan tetapi terletak pada manusia yang berada dibalik alat atau sumber daya tersebut. Tepat kiranya adagium "the man behind the gun" menjadi jargon sepanjang zaman dengan instrument alat yang serba otomatis dan berteknologi tinggi. Jadi, tidak heran jika sumber daya manusia akan terus relevan di tempatkan pada sentral organisasi. (Iilahi, dkk., 2006:187)
Kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya manusia bukan hal yang baru. Manusia hidup selalu memikirkan cara memperoleh bahan pangan, sandang, dan papan. Peradaban manusia berpangkal pada usaha mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidupnya.
Sumber daya pernah diidentifikan sebagai alat untuk mencapai tujuan dan kemampuan memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan yang ada. Perkataan sumber daya (resources) merefleksikan benda atau substansi, melainkan pada suatu fungsi operasional untuk mencapai suatu tujuan tertentu, seperti memenuhi kebutuhan dan kepuasan. Dengan kata lain sumber daya merupakan suatu abstraksi yang mencerminkan appraisal manusia dan berhubungan dengan suatu fungsi atau operasi.
Siapapun yang mengelola organisasi akan mengolah berbagai sumber daya untuk meraih tujuan organisasi tersebut. Sumber daya yang dimiliki harus dapat dikategorikan atas enam tipe sumber daya (6M) yaitu sebagai berikut:
a.       Man (manusia)
b.      Money (financial)
c.       Material (fisik)
d.      Machine (teknologi)
e.       Method (metode)
f.       Market  (pasar)
Asset yang paling penting harus dimiliki oleh organisasi atau perusahaan dan harus diperhatikan dalam manajemen adalah tenaga kerja atau manusia  (sumber daya manusia).Terminologi sumber daya manusia (human resources) merujuk kepada orang-orang yang bekerja di dalam organisasi. Tatkala para manajer terlibat dalam  aktivitas sumber daya manusia sebagai bagian dari pekerjaannya, mereka berupaya memfasilitasi kontribusi yang disodorkan oleh orang-orang untuk mencapai rencana dan strategi organisasi. Signifikansi upaya sumber daya manusia bermuara pada kenyataan bahwa manusia merupakan elemen yang senantiasa ada di dalam setiap organisasi. Mereka inilah yang bekerja membuat tujuan, mengadakan inovasi, dan mencapai tujuan organisasi. (Samsudin, 2006: 21-23).
Berbicara mengenai masalah sumber daya manusia, sebenarnya dapat kita lihat dari dua aspek, yakni kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia (penduduk) yang kurang penting kontribusinya dalam pembangunan, dibandingkan dengan aspek kualitas. Bahkan kuantitas sumber daya manusia tanpa disertai dengan kualitas yang baik akan menjadi beban pembangunan suatu bangsa sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia tersebut meliputi kemampuan fisik maupun non fisik (kecerdasan dan mental). Oleh sebab itu untuk kepentingan akselerasi suatu pembangunan dibidang apapun, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasarat utama. (Notoatmodjo, 2003: 2-3).
Karena kualitas sumber daya manusia menyangkut dua aspek, aspek kualitas fisik dan aspek kualitas non-fisik, yang meliputi kemampuan bekerja, berfikir, dan berbagai macam ketrampilan, maka upaya peningkatan sumber daya manusia juga dapat diarahkan pada dua aspek penting tersebut. Untuk peningkatan kualitas fisik dapat diupayakan lewat program kesehatan dan gizi. Sedangkan untuk peningkatan kualitas atau kemampuan non-fisik, maka upaya yang diperlukan adalah pendidikan dan pelatihan. Upaya inilah yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia. (Halim, dkk., 2005:4).

Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia

Membicarakan mengenai pengembangan sumber daya manusia erat kaitannya dengan proses pembangunan. Karena, pembangunan manusia mencakup segenap upaya (termasuk investasi) pemerintah, swasta, dan masyarakat umumnya dibidang pendidikan, kesehatan, gizi, serta aspek-aspek kehidupan sosial (kemiskinan, pengangguran, keterbatasan, peluang kerja dan keterbelakangan). Dalam arti luas dan menyeluruh. Dari sinilah diharapkan bahwa setiap dan seluruh manusia dapat mengoptimalkan peran-peran fungsional maupun sosial, ekonomi, politik dan hankam.
Bagi masyarakat Indonesia, termasuk pondok pesantren (ponpes) pengembangan di dalam sumber daya manusia merupakan suatu keharusan. Karena untuk mencapai kemajuan masyarakat harus dipenuhi prasyarat yang diperlukan. Dengan adanya pengembangan sumber daya manusia ini maka akan memberikan kontribusi signifikan bagi upaya peningkatan kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini pondok pesantren sebagai agen pengembangan masyarakat, sangat diharapkan mempersiapkan sejumlah konsep pengembangan sumber daya manusia baik untuk peningkatan kualitas pondok pesantren maupun peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Untuk itu sebenarnya sering diselenggarakan seminar tentang pengembangan sumber daya manusia. Namun untuk kalangan pondok pesantren agaknya wacana pengembangan sumber daya manusia perlu dikembangkan lagi. (Halim, dkk., 2005: 2-3).
Organisasi pondok pesantren terdiri dari berbagai individu yang berupaya untuk memenuhi kebutuhannya, dengan menunjukkan peran dan fungsinya masing-masing. Pengembangan sumber daya manusia di pondok pesantren juga diharapkan bisa memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kemampuan kader-kader pondok pesantren yang meningkat akan pemenuhan kebutuhan fisik maupun non fisik mereka.
Pengembangan sumber daya manusia adalah penyiapan manusia  untuk memikul tanggung jawab lebih tinggi dalam organisasi. Pengembangan sumber daya manusia berhubungan erat dengan peningkatan kemampuan intelektual yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik. Pengembangan sumber daya manusia berpijak pada fakta bahwa setiap tenaga kerja membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan yang lebih baik. Pengembangan lebih focus pada kebutuhan jangka panjang dan hasilnya hanya dapat diukur dalam waktu jangka panjang. Pengembangan juga membantu mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan pekerjaan atau jabatan yang diakibatkan oleh adanya  teknologi baru atau pasar produk baru.
Menurut Maslow, dalam bukunya manajemen dakwah mengatakan bahwa pada hakikatnya pengembangan sumber daya manusia baik secara makro maupun mikro merupakan upaya untuk merealisasikan semua kebutuhan manusia. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang secara naluri ingin hidup berkelompok. Manifestasi dari kehidupan kelompok ini antara lain munculnya organisasi-organisasi atau lembaga dalam masyarakat. (Illahi, dkk., 2006: 198).
Dalam perfektif Islam, pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu keharusan. Artinya, Islam sangat peduli terhadap peningkatan harkat dan martabat manusia, karena dalam Islam manusia berada pada posisi yang terhormat. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 70: 
"Sesungguhnya Kami telah memuliakan manusia (anak-anak adam), Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki berupa hal-hal yang baik dan Kami kembalikan (beri keunggulan) mereka dengan keunggulan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-Isra: 70).
Menurut Islam, pengembangan sumber daya manusia adalah dimaksudkan untuk membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu untuk menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahnya untuk membangun dan memakmurkan dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah SWT. Konsep tersebut didasarkan pada pandangan, bahwa manusia dalam Islam adalah sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Disinilah para kiai dan banyak pihak mempunyai peran tanggung jawab agar outputs dari pesantren mempunyai kesempatan yang sangat luas untuk memberi bekal kepada santrinya. Jika bekal ini diberikan kepada santri, insyaallah terpenuhi tuntutan dunia kerja agar mereka mempunyai hal :kualitas kehidupan kerja (Quality of work life); produktifitas kerja (productivity); kepuasan pekerja (Human resource satisfaction); pengembangan pekerja (Human resource development); dan kesiapan untuk mengadakan perubahan. (Halim, dkk., 2005: 93).

Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia untuk jangka panjang adalah aspek yang semakin penting dalam organisasi atau perusahaan. pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi dapat mengurangi ketergantungan organisasi untuk menarik anggota baru atau karyawan baru. Pengembangan karyawan secara internal maka lowongan pekerjaan dapat diisi secara internal pula. Pengembangan sumber daya manusia juga merupakan suatu cara yang efektif  guna menghadapi tantangan dan peluang yang dihadapi.
Tujuan pokok pengembangan sumber daya manusia adalah meningkatkan kemampuan, ketrampilan, sikap dan tanggung jawab karyawan sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasaran program dan tujuan organisasi.
Menurut Adrew E. Sikula menyebutkan dalam bukunya manajemen sumber daya manusia bahwa ada delapan jenis tujuan pengembangan sumber daya manusia yaitu sebagai berikut:
  1. Produktifitas (dicapainya produktifitas personel dan organisasi), Quality (meningkatnya kualitas produk)
  2. Human resources planning (melaksanakan perencanaan sumber daya manusia).
  3. Moral (meningkatnya semangat dan tanggung jawab personel atau organisasi)
  4. Indirect compensation (meningkatkan kompensasi secara tidak langsung)
  5. Healthy and safety (memelihara kesehatan mental dan fisik)
  6. Obsolescence prevention (mencegah menurunnya kemampuan personel)
  7. Personal growth (meningkatnya kemampuan individual personel).
Sedangkan tujuan pengembangan sumber daya manusia menurut Islam adalah membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Kata 'takwa' dalam Al-Qur'an mencakup segala sesuatu dan tingkatan kebajikan. Ia merupakan wasiat tuhan kepada seluruh makhluk dengan berbagai tingkatan sejak nabi hingga orang awam. (Shihab, 1992: 34)   

Ciri-Ciri Pengembangan  Sumber Daya Manusia Yang Efektif

Program pengembangan sumber daya manusia yang berhasil adalah yang bersifat sistematik; yakni memiliki tujuan yang spesifik dan berkelanjutan dalam memberikan program pelatihan yang kongkrit dan mudah bagi para partisipan. Disamping itu, ciri yang lain adalah nilai sebuah kebutuhan dan rencana yang terpadu. Program ini juga harus melibatkan semua unsure-unsur dakwah yang terkait.
Menurut Fred Wood, seorang ahli dalam pengembangan sumber daya manusia menyarankan, bahwa program pengembangan itu meliputi lima fase, yaitu readiness (kesiapan), planning (perencanaan), training (pelatihan), implementasi (pelaksanaan), dan maintenance (pemeliharaan).
Pengembangan sumber daya manusia yang diawali dan diakhiri dengan pelatihan, namun yang mengabaikan kesiapan individu untuk melaksanakannya dan mengabaikan pentingnya aktifitas follow-up, cenderung untuk tidak berdampak dalam praktik-praktik dakwah.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.