PEMIKIRAN TASAWUF ANNEMARIE SCHIMMEL

13 Desember 2009

PEMIKIRAN TASAWUF ANNEMARIE SCHIMMEL

Membahas tasawuf, atau mistik Islam, merupakan tugas yang rumit. Pada langkah pertama, suatu daerah perbukitan yang luas terbentang di depan mata dan semakin lama si penyelidik mencari jalan, semakin sulit rasanya mencapai tujuan. Ia mungkin tinggal di taman mawar duri mistik Parsi atau berusaha mencari puncak-puncak dingin renungan filosofi; ia mungkin tinggal di lembah pemujaan para wali yang termasyhur atau menaiki untanya sepanjang padang pasir. Hal tersebut pencatatan tasawuf yang tak bertepi tetapi mereka hanya mencapai apa yang telah ada di dalam diri mereka sendiri. 

Pengertian Tasawuf 
Begitu luas dan ujudnya begitu besar sehingga tak dapat digambarkan secara utuh bagai seorang buta dalam kisah Rumi. Untuk menggapai makna tersebut kita harus mengetahui mistik yang di dalamnya terkandung suatu yang misterius, yang tidak bisa dicapai dengan cara-cara biasa atau dengan usaha intelektual. Yang kata mistik ini berasal dari Yunani (myein), menutup mata, mistik telah disebut arus besar kerohanian yang mengalir dalam semua agama. Dalam artinya yang paling luas, mistik bisa didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal yang mungkin disebut kearifan, cahaya, atau nihil. 

Garis Besar Sejarah Klasik 
  1. Mistik Islam merupakan usaha untuk mencapai pembebasan pribadi lewat tauhid sejati. 
  2. Kata seorang orientalis Barat “intisari sejarah panjang tasawuf adalah pengungkapan dari awal lagi, dengan perumusan yang berbeda-beda tentang kebenaran mutlak bahwa tiada Tuhan selain Allah” serta kesadaran hanya Dia yang boleh di puja. 
  3. Sejarah tasawuf adalah peta yang menunjukkan beberapa persinggahan di sepanjang jalan penafsiran ini, beberapa bentuk kenyataan tunggal ini, beberapa cara berbeda-beda yang dipergunakan para ahli mistik untuk mencapai tujuannya, secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, melalui kearifan atau melalui cinta, dengan cara tapa brata atau dengan cara latihan-latihan yang menuju kegairahan tak terhingga. 
  4. Tasawuf menurut asalnya ke Rasul Islam dan mengambil ilham dari sabda Ilahi seperti yang diungkapkan lewat Rasul dalam Qur’an. 
  5. Beberapa pemimpin mistik abad ke-9 akhir: 
  • Dhu’n-nun orang Mesir (w. 859), ia mempelajari ilmu agama dan menyebarkan hadis dari Malik ibn Anas pendiri madzhab fiqih Maliki, dia berperan dalam ilmu pengetahuan, keimanan, masalah mistik dan kebudayaan. 
  • Bayezid Bistami, orang Iran (w. 874), merumuskan teori pengetahuan fana. 
  • Yahya ibn Mu’jdhar Rayu (w. 859), al-Wa’is (juru khutbah), berbicara tentang harapan, tentang kemurahan yang dapat menutup sebuah dosa. 
  • Al-Hjrith al-Muhjsibi, orang Irak (w. 857). 

Pemikiran Tasawuf Annemarie Schimmel 
1. Tarekat 
a. Penjelasan Tarekat 
  1. Tariq atau jalan lebih sempit dan sulit dijalani serta membawa santri disebut salik, atau pengembara dalam suluk atau pengembaraannya melalui berbagai persinggahan (maqam), sampai mungkin cepat atau lambat akhirnya mencapai tujuannya, yaitu tauhid sempurna; yaitu pengakuan berdasarkan pengalaman bahwa Tuhan adalah satu. 
  2. Dalam hadits Rasul saw, dijelaskan tri tunggal “syari’at adalah perkataanku (aqwali), tarikat adalah perbuatanku (a’mali), dan hakikat adalah keadaan batinku (ahwali). 
b. Cinta dan Peleburan 
  1. Cinta sebagai keadaan yang setinggi-tingginya. Pernyataan Santo Agustinus “orang dapat mengenal sesuatu hanya sesuai dengan cintanya kepadanya”. 
  2. Do’a Rasul “Ya Tuhan, berilah aku cinta-Mu, dan cinta mereka yang mencintai-Mu, dan cinta yang membuatku mendekati cinta-Mua, dan buatlah cinta-Mu lebih kucintai daripada air sejuk”. 
  3. Tasawuf zaman awal, cinta dipahami aliran ortodoks “cinta adalah kepatuhan”. “mencintai Tuhan berarti mencintai kepatuhan kepada Tuhan, cinta sejati adalah perbuatan kepatuhan kepada kekasih”. 
  4. Di antara berbagai tahapan cinta para sufi menyebut uns “kedekatan”, qurb “keakraban”, shauq “kerinduan”. 
  5. Zat Ilahi diumpamakan suatu tambang garam, jika anjing atau keledai jatuh ke dalamnya, ia kehilangan sifat-sifatnya yang hina dan beralih bentuk ke dalam unsur garam dan dilestarikan di dalam unsur itu. 
c. Bentuk-bentuk ibadah 
  1. Shalat, para sufi mengerjakan shalat dengan teliti, berusaha meniru teladan Rasulullah 
  2. Do’a, percakapan dengan Allah, “tidak berdoa bagiku merupakan kehilangan yang lebih besar ketimbang tidak didengarkan dan tidak dikabulkan do’aku. 
  3. Dzikir, tiang yang kuat di jalan menuju Allah. Sebab orang tidak dapat mencapai-Nya tanpa mengingat-Nya terus menerus. 
  4. Sama’, sasaran inti mistik yang kadang-kadang dicapainya melalui semadi terus-menerus ialah fana’, yaitu peleburan yang diikuti oleh kebertahanannya dalam Allah, sama’ ini adalah pendengaran, diungkapkan lewat pendengaran musik, tari, suara merdu. 
2. Manusia dan Kesempurnaannya 
a. Beberapa catatan tentang psikologi sufi 
  1. Manusia sebagai “hamba Tuhan” tidak berarti sama sekali dihadapan Tuhan, manusia nyaris hilang kepribadiannya dan manusia bukan apa-apa kecuali hanya alat belaka dalam takdir abadi. 
  2. Manusia diciptakan dengan tangan-Ku (QS. 38: 75) 
  3. Tuhan menciptakan Adam dan tanah liat selama 40 hari sebelum ia meniupkan nafas-Nya sendiri ke dalam tubuh Adam. (QS. 15: 29, 38: 72). 
  4. Nafs prinsih serendah dari manusia, lebih tinggi lagi ialah qalb “hati” dan ruh. 
b. Baik dan buruk : peranan yang dimainkan iblis 
  1. Iblis adalah guru para malaikat dan bahkan iblis dalam peran guru ini dijadikan teladan dalam sebuah syair muslim bengal di awal abad ke-17 berjudul Iblis Name karangan Sayyid Sultan “bahwa para malaikat diperintah untuk menghormati iblis, bahwa sesudah Tuhan mengutuknya; hal yang sama juga diperintahkan kepada para murid yang harus menghormati dan mematuhi perintah gurunya, meskipun gurunya itu seorang iblis sungguh-sungguh”. 
  2. Iblis berada dalam darah anak-anak adam, disamakan dengan nafs. 
  3. Ahmad Ghazali berkata: “siapa yang tidak belajar tauhid dari iblis adalah kafir”. Dan dijelaskan tradisi Hiijj sejati “dikutuk oleh-Mu, bernilai seribu kali lebih bagiku daripada memalingkan muka dari-Mu kepada sesuatu yang lain”. 
c. Para wali dan keajaiban-keajaiban 
  1. Diterjemahkan “orang kudus”, seorang dibawah perlindungan khusus. Misal: Ali 
  2. Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (QS. 10: 63). 
  3. Konsep wali berkembang abad ke-10, Abu ‘Abdallah as-Sijlimi mendefinisikan sufi idaman sebagai wali. 
  4. Ruzbiha berkata : mata yang memandang Tuhan, karena mata mereka ia memandang dunia. 
  5. Wali melihat dengan penerangan Tuhan 
  6. Wali dapat menghilang dari pandangan, dan dapat hadir pada beberapa tempat yang berbeda pada saat yang sama. 
  7. Keajaiban para wali disebut “karamat” (karismatik) 
d. Penghormatan kepada wali 
Kaum muslim mencontoh sedekat mungkin dari Muhammad sampai perincian kehidupan lahiriahnya, seperti bentuk pakaian, jenggot, pelaksanaan bersuci, dan memilih macam-macam makanan. 

KESIMPULAN 
Pemikiran tasawuf Annemarie Schimmel, mengkaji tentang manusia dan kesempurnaannya, melalui pengalaman spiritual dan mistik yang bertumpu pada Rasul Islam dan mengambil ilham dari sabda Ilahi seperti yang diungkapkan lewat Rasul dalam al-Qur’an. 

Referensi: 
Schimmel, Annemarie, Dimensi Mistik dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986.
Share:

0 comment:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.