PERILAKU KEAGAMAAN DALAM PENDIDIKAN

26 November 2014

PERILAKU KEAGAMAAN DALAM PENDIDIKAN

Pada hakekatnya, Pendidikan Agama hendaklah dapat mewarnai kepribadian anak sehingga agama benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya dikemudian hari untuk pembinaan pribadi. Pendidikan yang baik juga bisa dikatakan pendidikan yang bisa memberikan sumbangan pada semua bidang pertumbuhan individu. Diantaranya adalah dalam bidang pertumbuhan spiritual dan moral. Pendidikan yang baik dapat menolong individu, menguatkan iman, aqidah dan pengetahuannya terhadap Tuhannya dan dengan hukum-hukum, ajaran-ajaran dan moral agamanya, begitu juga membentuk keinginan yang betul dalam melaksanakan tuntutan-tuntutan iman yang kuat kepada Allah dan pemahaman yang sadar terhadap ajaran-ajaran agama, dan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari dan pada seluruh bentuk tingkah lakunya dan dengan hubungan-hubungannya dengan Tuhannya, dengan orang-orang lain dan dengan seluruh makhluk lain[1].
Berbicara mengenai pendidikan, khususnya Pendidikan Agama, saat ini dengan menatap ke abad 21 millennium ke-3 dan era globalisasi atau pasar bebas, terjadi dua hal yang paradoks atau bertentangan. Satu sisi keadaan masyarakat kita sedang bobrok, yang tidak lepas dari kegagalan pendidikan bangsa (bukan hanya pendidikan di sekolah).
Secara garis, besar misi utama Agama Islam adalah memberi petunjuk (hudan) kepada umat manusia untuk kehidupan yang baik dan menghindari perbuatan yang jelek.
Sering disebutkan bahwa misi utama diutusnya Nabi Muhammad saw adalah mewujudkan akhlaq yang mulia. 
إِنَّمَـا بُعِثْتُ  ِلأُ تَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ 
Ajaran tersebut meliputi hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan makhluk lain atau lingkungan sekitarnya.[2] Pada dasarnya, agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan kenyataan agama yang dianutnya.[3]
Pendidikan agama tersebut dapat menolong individu menanamkan nilai-nilai aqidah, akhlaq dan ibadah yang sesuai dengan hukum-hukum, ajaran-ajaran dan moral agama Islam dan juga membentuk keinginan yang besar dalam melaksanakan tuntutan-tuntutan keimanan yang kuat kepada Allah dan pemahaman yang sadar terhadap ajaran-ajaran agama serta nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari pada seluruh bentuk tingkah lakunya yang berhubungan dengan Tuhan, orang lain dan seluruh makhluk lain.[4]
Pendidikan Agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting.
Aspek pertama dari pendidikan agama, adalah yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian. Anak didik diberi kesadaran kepada adanya Tuhan, lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan-larangan Nya. Dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa kepada peraturan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama. Seperti yang diberikan oleh keluarga yang berjiwa agama. Sedangkan pendidikan agama di sekolah harus juga melatih anak didik untuk melakukan ibadah yang diajarkan dalam agama[5]
Namun pada umumnya, kita telah mengetahui bahwa anak semenjak dilahirkan sampai menjadi orang dewasa menjadi orang yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri dalam masyarakat, harus mengalami perkembangan. Baik atau buruknya hasil perkembangan anak itu terutama bergantung kepada pendidikan (pengaruh-pengaruh) yang diterima anak itu dari berbagai lingkungan pendidikan yang dialaminya.[6]
Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi ajaran-ajaran Tuhan itu tidak diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukkan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut ajaran agama.[7]
Oleh karena itu perkembangan tersebut akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah laku.
Saat ini melihat kenyataan yang hidup dalam masyarakat kaum pelajar, kita mendapat kesan bahwa agama tidak lagi menjadi pengatur, pengontrol sikap dan tindakan mereka dalam hidup. Mereka dibesarkan untuk memenuhi otaknya dengan ilmu pengetahuan, melatih kecakapan dan ketrampilan dalam berbagai bidang akan tetapi mentalnya dibiarkan tidak tumbuh, jiwanya ditinggalkan kosong dari kepercayaan kepada tuhan dan moralnya diserahkan kepada keadaan lingkungan. Sehingga menjadikan mereka semakin jauh dari agama, inilah yang kita rasakan sekarang.[8]

[1] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992), hlm. 35
[2] Qodri A. Azizi, Arah Pendidikan Agama, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003) hlm. 60.
[3] Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) hlm. 240
[4] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam,  hlm. 35
[5] Zakiyah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung. 1988), hlm. 129
[6] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 123
[7] Zakiyah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1998), hlm. 130
[8] Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, (Jakarta: PT. Bulan Bintang 1975), hlm. 36-37.
Share:

0 comment:

Diberdayakan oleh Blogger.