WAHDATUL WUJUD PANTEISME SPIRITUAL

8 September 2008

WAHDATUL WUJUD PANTEISME SPIRITUAL

Tujuan tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung dan dekat dengan Tuhan, sehingga dirasakan bahwa seseorang sedang berada di hadirat-Nya. Ajaran tasawuf yang berkembang pada masa permulaan dapat dikategorikan sebagai mistik pertama, tipe ini sangat identik dengan paham wahdatul wujud atau wujudiyah, yang merupakan pengembangan teori Tajaliyah Ibn Arabi. Doktrin wahdatul wujud terpusat pada ajaran tentang penciptaan alam, dan manusia melalui penampakan diri Tuhan dalam tuju martabat. Ajaran tasawuf yang dianut umat Islam mempunyai pandangan yang bercorak panteisme. Teori-teori yang diajarkan oleh berbagai macam aliran tasawuf baik teori wahdatul wujud atau yang lain semuanya bersifat panteisme. Pandangan ini merupakan hasil dari konsepsi filsafat disebut monoisme, yaitu konsepsi yang berpendapat bahwa Tuhan dan alam adalah satu.

Wahdatul Wujud “Panteisme Spiritual

Panteisme atau wahdatul wujud (bersatunya kembali manusia dengan Tuhan) bersumber pada filsafat monoisme (Tuhan dan alam adalah tunggal) dengan cara emanasi atau al-faid (pancaran) dari Tuhan terjelmalah universum (alam semesta) yang serba aneka.
Tasawuf panteisme adalah tasawuf yang berpendapat bahwa hanya ada satu semata yaitu wujud Allah, bentuk jamak yang terlihat dari alam ini adalah ilusi yang menguasai keterbatasan akal budi. Ringkasnya wujud adalah satu tidak jamak.

Tasawuf dan Panteisme

Tumbuhnya gerakan panteisme di Andalusia dimulai dengan terdapatnya benih-benih panteisme tasawuf yang terdapat di sana. Tasawuf panteisme dari Andalusia atau kawasan Islam bagian barat melebarkan sayapnya ke bagian timur lewat tangan Ibnu Arabi dan Ibnu Sab’in.

1. Kesatuan wujud menurut Ibnu Arabi

Dalam teorinya tentang wujud Ibnu Arabi mempercayai terjadinya emanasi yaitu Allah menampakkan segala sesuatu dari wujud ilmu menjadi wujud materi. Ibn Arabi menginterpretasikan wujud segala yang ada sebagai Teofani abadi yang tetap berlangsung dan tercampaknya yang maha benar di setiap saat dalam bentuk yang terhitung bilangannya.
Ibnu Arabi mengemukakan tentang teori manusia sempurna atau hakekat Muhammad yang berdasarkan pada kesatuan wujudnya manusia. Menurut Ibnu Arabi adalah alam seluruhnya, karena Allah ingin melihat substansinya dalam alam seluruhnya yang meliputi seluruh hal yang ada yaitu karena hal ini bersifat wujud. Kemunculan manusia sempurna menurut Ibn Arabi adalah esensi kecenangan cermin alam. Pendapat Ibn Arabi tentang manusia sempurna atau hakekat Muhammad membuatnya sampai pada pandangan tentang kesatuan agama, sebab sumber agama itu satu, yaitu hakekat Muhammad, agama adalah tunggal dan semua itu adalah kepunyaan Allah.

2.Kesatuan mutlak menurut Ibn Sab’in

Dalam pahamnya Ibnu Sab’in menempatkan ketuhanan pada tempat pertama, sebab wujud Allah adalah asal segala yang ada pada masa lalu, kini atau masa depan, sementara wujud materi yang tampak justru dua rujukan pada wujud mutlak yang rohaniyah, berarti paham ini dalam menafsirkan wujud bercorak spiritual bukan material.
Menurut Ibn Sab’in, wujud adalah satu alias wujud Allah semata tidak ada yang lain selain wujud Allah.

Konsep tentang Wahdatul Wujud

Dalam akidah Islam, konsep tauhid merupakan salah satu konsep yang paling vital terutama dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhan. Tauhid diartikan sebagai pengakuan tentang keesaan Tuhan, yang penegasannya terungkap dalam syahadah, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Alam tercipta melalui proses pemancaran (emanasi al-faid) dari zat Allah, ia mengamalkan proses keluarnya alam tersebut dengan proses keluarnya pengetahuan dari Allah. Dengan demikian meskipun alam bukan zat Allah secara mutlak, namun ia juga tidak berbeda dengannya secara mutlak, karena alam bukan wujud keduanya yang benar-benar terpisah darinya.
Dalam filsafat monoisme dinyatakan bahwa Tuhan dan alam adalah satu dan segala yang ada hanyalah bentuk penjelmaan Tuhan. Filsafat monoisme dengan emanasinya juga menjadi prinsip dasar tasawuf. Ibnu Arabi menyatakan adalah suatu dan satu, wujud yang mutlak, maka Nur (cahaya) merupakan bagian dari dirinya itulah hakekat Muhammad kenyataan pertama dalam ketuhanan.
Filsafat monoisme dengan teori emanasi (al-faid) dianut oleh kaum Syi’ah dan tasawuf. Kesimpulan ini diajukan oleh para intelektual muslim seperti Ibnu Khaldun dan Syaristani. Filsafat ini dianut oleh Neoplatonisme dengan tokoh Platirus, menyatakan bahwa pusat wujud alam semesta (universum) adalah Tuhan yang Maha Esa, kebaikan mutlak sumber pikiran hakekat segala sesuatu.
Demikianlah pandangan-pandangan baik tentang hubungan antara Tuhan dan alam maupun tentang proses penciptaan alam, semua itu dinamakan doktrin wahdatul wujud (kesatuan wujud), alam dalam konsep wahdatul wujud merupakan wujud kedua yang benar-benar terpisah dari al-haq. Karena ia pancaran dari zatnya, alam bukan zat al-haq yang mutlak melainkan sekedar bayangannya, karena Tuhan adalah zat yang esa, tidak ada yang dapat menyertainya, meskipun ia selalu menyertai segala sesuatu.
Plotinus dalam teori monoisme mengenal 2 jalan :
1.Jalan menurun dengan emanasi, Tuhan > akal > jiwa > universum
2.Jalan menaik dengan panteisnya : bersatunya kembali jiwa manusia dengan Tuhan : jiwa manusia > jiwa > akal > Tuhan.

KESIMPULAN
Panteisme atau wahdatul wujud itu menerangkan bahwa hubungan manusia, alam dan Tuhan, semua yang ada di alam ini adalah ciptaannya, Tuhan itu satu bukan jamak, manusia atau hakekat Muhammad didasarkan pada kesatuan wujudnya, karena ingin melihat dalam seluruhnya meliputi semua hal yang ada di dunia ini adalah wujud (nyata). Panteisme bersumber pada filsafat monoisme (Tuhan dan alam adalah satu) dan segala yang ada adalah ciptaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Gharimi al-Taftazani Abu al-Wafa, Sufi dari Zaman ke Zaman, Pustaka, Bandung, 1997.
Jailani, Abdul Qadir, Koreksi terhadap Ajaran Tasawuf, Gema Insani Press, Jakarta, 1996.
Fathurrahman, Oman, Menyoal Wahdatul Wujud, Mizan Jakarta, 1999.
Share:

0 comment:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.